,

Yayasan Sarasehan Gelar Treatnet Family Intervention Training, Gandeng Badan PBB Dan Konselor Nasional

Jumat, 27 September 2024, 1:25 PM WIB Last Updated 2024-09-27T06:25:26Z

 

Foto : Ketua Yayasan Sarasehan Bobby Erwin, ICAP I , perwakilan kolegium IKAI Ismi Afriyanti, S.Psi, ICAP I dan Program Officer UNODC Indonesia Narendra Narotama, ST, ME bersama peserta pelatihan.
ORBITRAYA.COM, PEKANBARU – Yayasan Sarasehan bekerjasama dengan United Nation Office On Drugs And Crime (UNODC) dan Ikatan Konselor Adiksi Indonesia (IKAI) Nasional menggelar pelatihan bertajuk Treatnet Family Intervention 4 Days Training.


Pelatihan yang diikuti 28 orang peserta ini berlangsung selama empat hari sejak Senin (23/9) hingga Kamis (26/9) pukul 09.00 – 16.00 WIB di gedung pasca sarjana STIE Riau Akbar Jl. H.R Soebrantas No. 57 Tampan. Selain staff Yayasan Sarasehan, peserta pelatihan lainnya juga terdiri dari psikolog, guru BK, mahasiswa Fakultas Psikologi UIR, mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Suska, konselor adiksi dari provinsi Riau dan Jambi serta masyarakat umum.


Yayasan Sarasehan selaku inisiator pelatihan merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang pencegahan, rehabilitasi dan edukasi untuk masalah adiksi atau kecanduan, baik itu kecanduan zat (narkotika, psikotropika dan obat-obatan terlarang) maupun kecanduan perilaku (judi online, games, internet).


Menurut Bobby Erwin, ICAP I selaku ketua Yayasan Sarasehan, Pelaksanaan pelatihan ini di dasari pada semangat peningkatan kapasitas bagi staff konselor adiksi khususnya, dan para praktisi lain pada umumnya agar dapat melaksanakan intervensi berbasis bukti pada kelompok remaja dan keluarganya. 


Hal tersebut mengingat berdasarkan kasus-kasus yang pernah ditangani oleh pusat rehabilitasi Rumah Sarasehan, kalangan remaja di provinsi Riau merupakan kelompok yang rentan terlibat penyalahgunaan zat, adiksi perilaku seperti kecanduan games, judi online, maupun kecanduan internet serta masalah-masalah berkaitan dengan kriminal lainnya. 


“Untuk itu kami merasa perlu menambah keterampilan khusus untuk menangani kelompok remaja ini, karena karakteristik mereka yang unik. Maka kemudian kami berinisiatif mengajak UNODC Indonesia melalui kolegium IKAI Nasional untuk melaksanakan pelatihan ini di bumi Lancang Kuning,” ujar Bobby.


Lebih lanjut perwakilan kolegium IKAI Ismi Afriyanti, S.Psi, ICAP I sebagai asosiasi dari profesi konselor adiksi yang ada di Indonesia mengatakan, kebutuhan akan peningkatan kapasitas bagi konselor adiksi adalah mutlak untuk menjaga profesionalitas.


Apa lagi ilmu pengetahuan terus berkembang dan diharapkan setiap konselor adiksi dapat terus meningkatkan wawasan melalui ilmu pengetahuan dan praktik yang telah terbukti secara ilmiah, satu diantaranya adalah pelatihan Treatnet Family Intervention ini.


“Modul pelatihanan TFI dikembangkan oleh UNODC, merupakan pelatihan intervensi keluarga yang menyediakan elemen-elemen terapi keluarga berbasis bukti yang dapat diterapkan pada remaja dan keluarganya,” ujarnya.


Selanjutnya TFI dapat diterapkan pada remaja dengan masalah penyalahgunaan zat, remaja dengan prestasi sekolah yang buruk, remaja yang berhubungan atau memiliki risiko berhadapan dengan sistem peradilan pidana serta dapat mengurangi perilaku kriminal di kalangan remaja dan mencegah penggunaan narkoba di antara anggota keluarga.


“Diharapkan setelah pelatihan ini tersedia variasi pendekatan intervensi yang telah terbukti secara ilmiah yang dapat diterapkan untuk remaja dan keluarga di Riau,” ucap Ismi.


Terakhir Program Officer UNODC Indonesia Narendra Narotama, ST, ME selaku trainer sangat mendukung Yayasan Sarasehan menginisiasi pelatihan Treatnet Family Intervention, karena keluarga bisa menjadi faktor pelindung maupun risiko bagi seseorang untuk dapat mengalami adiksi Napza. 


Dimana UNODC sebagai badan Persatuan Bangsa – Bangsa (PBB) yang mengurusi obat – obatan dan pencegahan kejahatan mengembangkan modul ini agar para praktisi dapat melakukan intervensi dengan menata kembali hubungan sesama anggota keluarga sehingga keluarga diharapkan dapat kembali berfungsi.


“Dengan keluarga yang berfungsi maka diharapkan hubungan dan komunikasi akan menjadi sehat. Dengan hubungan yang sehat, maka ketahanan suatu keluarga akan tercipta dalam membendung segala permasalahan Napza dan sosial negatif lain,” pungkasnya.