RM Gulai Baung di Pekanbaru, Riau. (Raja Adil/detikSumut). |
Orbitraya.com - Tidak lengkap rasanya datang ke Pekanbaru, Riau kalau belum mencicipi kuliner khasnya. Salah satunya yakni gulai ikan baung di Rumah Makan Gulai Baung.
Rumah Makan Gulai Baung, sudah berdiri sejak tahun 1967 silam. Awalnya rumah makan itu didirikan di daerah Duri oleh pria yang dikenal bernama Haji Bicin.
Dari Duri, Haji Bicin memutuskan berhijrah ke ibu kota provinsi Riau di Pekanbaru. Di sinilah Haji Bicin memantapkan diri untuk melanjutkan usahanya.
"Kalau buka sejak awal itu tahun 1967 atau 1968 lah. Sebelumnya di Duri baru pindah ke Pekanbaru, untuk di Pekanbaru udah 30 tahun terakhir buka," cerita cucu Haji Bicin, Dicky Dermawan saat berbincang santai di lokasi, Minggu (6/11/2022).
Gulai Ikan Baung di Pekanbaru yang sudah ada sejak 1960-an. (Raja Adil/detikSumut). |
Selama buka di Pekanbaru dan menutup rumah makan di Duri, Haji Bicin sempat membuka cabang tak jauh dari lokasinya saat ini. Di mana lokasinya saat ini ada di Jalan Jenderal Sudirman atau dekat flyover Harapan Raya.
Sayangnya, meskipun buka cabang banyak pelanggan tetap memilih datang ke rumah makan utama di mana Haji Bicin berada. Tak lama Haji Bicin pun memutuskan untuk menutup cabangnya dan mempertahankan rumah makan yang saat ini masih bertahan.
"Dulu pernah buka cabang, tapi pelanggan banyak ke sini juga. Jadi ya cabang tutup dan ke sini semua, padahal itu semua masakan dari sini juga kan," imbuh Dicky.
Resep Masakan dan Rasa Jadi Prioritas
Masakan gulai baung Haji Bicin terkenal dengan rasa tradisional. Banyak penikmat masakan baung menyebut makan di lapak Bicin serasa makan di kampung halaman.
Untuk rasa, baung khas Haji Bicin memang cukup berbeda dari masakan lain. Bumbu dan rempah khas masakan tradisional juga bisa dinikmati dengan sekali seruput kuah gulai baung.
Manis gurih, begitulah ketika pertama kali mencicipi kuah gulai yang di dalamnya ada potongan ikan baung. Perpaduan santan dan rempah gulai sangat pas dan terasa di lidah.
Apalagi ada tambahan sambal hijau petai dan rimbang sebagai pelengkap. Termasuk rebusan daun ibu dengan kuah yang cukup sedap serasa sedang makan di kampung halaman.
"Serasa makan di kampung halaman kalau makan di sini. Aroma dan rasanya sangat khas ya," kata seorang pengunjung, Raden Heru.
Heru yang sudah menjadi pelanggan sejak belasan tahun terakhir menilai masakan di Rumah Makan Gulai Baung tidak pernah berubah.
"Gulai baung, baung sambal, belut sama ikan salai silais adalah menu khas di sini. Tambah lagi sambal hijau sama daun ubi," kata Heru.
Dicky pun mengakui rasa dan kualitas jadi prioritas sejak turun temurun. Di mana saat ini Rumah Makan Gulai Baung dikelola oleh ayahnya, Joenardi sebagai generasi kedua dari sang kakek.
"Paling penting soal rasa dan menu-menu wajib dengan kualitas yang kita jaga. Kita menu wajib di sini ada baung, ya sesuai namanya Gulai Baung," kata Dicky.
Diakuinya, untuk bumbu dan cara masak semua masih dilakukan secara tradisional. Salah satunya cara memeras santan dan memasak dengan tungku atau kayu bakar.
"Proses masak semua masih tradisional, meras santan peras sendiri, masak pakai kayu bakar semua. Maka orang tahu kalau makan di sini rasa masakan kampung," pria yang kini mulai berkiprah di rumah makan warisan sang kakek.
Untuk ikan baung, mereka memilih pakai ikan baung tangkapan asli dari sungai. Sebab menurutnya kalau ikan keramba itu beda bau dan rasanya. Sehingga mereka masih tetap mempertahankan ikan baung yang didapat dari sejumlah sungai di Riau.
"Alhamdulillah baung kita ini udah sampai ke luar negeri juga. Ada kadang perantau ke Malaysia, Singapura dan sebagainya pas datang mampir ke sini. Ada juga yang mereka besok mau pulang, mereka pesan paket untuk oleh-oleh," katanya.
Sumber: detiksumut.